Rabu, 25 Desember 2013

Bu a', Bugam dan Gabai (The Three 'Awam)

Trrr... trr... Trrr... trr..., Hp di meja belajar Bugam bergetar. Dengan segera Bugam beranjak dari duduknya menuju ke sumber bunyi getaran. "Sim 2 : Pesan dari Bu-a'", sebuah tulisan menghiasi layar Hp Bugam. Dengan segera Bugam membuka kunci Hp-nya dan membaca isi pesan Bu-a'. "pat ? leuh mugreb na pakat ngocok ?", sebuah pesan singkat dari Bu-a' yang berarti menanyakan keberadaan Bugam sekarang dan mengajaknya untuk ikutan ngopi bareng. "rumoh, bisa kali... pat ? soso ?", "Mengirim SIM 1 : Bu-a'"... sms balasan Bugam menjawab pesan singkat Bu-a'. Tidak lama kemudian, Hp Bugam kembali bergetar. "Sim 2 : Pesan dari Bu-a". "kupi mangat.. ci pakat cit Gabai sigoe" isi pesan Bu-a' kepada Bugam yang berarti perintah agar Bugam mengajak Gabai untuk ikutan ngocok bareng di Warkop Kupi Mangat. "Oke... 15 mnt teuk, lon gerak.. nyo lon sembahyang dilee". Isi pesan Bugam membalas pesannya Bu-a'. "Bai, 15 menit teuk lon ngeun Bu-a' meujak foya-foya di kupi mangat. kah pat ?... balah u nomoi Bu-a' beuh. sebab lon hana kuba Hp. Hp lon ku cas di rumoh. Mmuach di talak.. haha", sebuah pesan singkat dari Bugam kepada sohibnya, Gabai. "Bu-a', Bugam dan Gabai adalah 3 makhluk hidup yang telah lama menjalin persahabatan. Mereka tinggal di desa yang sama, tetapi di rumah yang berbeda. Maklum, mereka terlahir dari 3 orang tua yang berbeda, alias bukan saudara kandung :D . Sejak kecil hingga kini usia mereka telah menginjak dewasa, mereka selalu bersama. Tetapi, walaupun demikian, ketiga sahabat karib ini sangat berbeda sifat dan watak. Bu-a' misalnya, ia seorang yang pemalu, polos dan sabar. Tetapi, di antara kedua sahabatnya ini, ia sedikit agak ber-IQ jongkok dan Idraknya agak tidak jalan alias disconnect / lama loading / daya nalarnya lemah. Sedangkan Bugam, ia sedikit agak kurang ajar, Ulokis, emosian dan ceplas ceplos, kalau istilah dalam bahasa Aceh, "Kiban crah, meunan beukah"'Sabee peh dengan Bugam'(hampir sama dengan Bugam), Gabai adalah sesosok makhluk yang sangat PD, Narsis dan tak tahu malu. Terkadang, akibat ke Narsisannya itu, sering kedua sahabatnya ini di buat malu olehnya. Bayangkan saja, pernah suatu hari ketika sedang menunggu bergantinya lampu merah menjadi lampu hijau, dengan PD-nya ia meminta untuk foto bareng dengan seorang POLWAN yang memang sedang bertugas menjaga ketertiban lalu lintas. Memang sih, POLWAN ini mempunyai rupa (baca : cantik dan manis). Di balik sifatnya yang narsis dan tak tahu malu ini, satu hal yang patut di acungi jempol untuk Gabai, yaitu sikapnya yang bijak dan prinsipnya yang tetap patuh dan berpegang teguh pada ajaran agama. 

mana genk ? lon katrouh nyo", SMS Gabai untuk kedua sohibnya. "OTW", SMS balasan dari Bu-a' yang menyatakan ia sedang dalam perjalanan menuju warkop kupi mangat... Tak lama kemudian, tampak dari kejauhan sebuah kereta tua yang lampunya sudah agak sayup-sayup datang mendekat. Astut 70 dengan BL 6160 LO, tampaklah jumoh (muka) Bu-a' yang berada di atas kereta buntut itu. "Sidroe sagai ? Bugam ho ?", tanya Bu-a' kepada Gabai sambil memarkirkan kereta buntutnya. "Hana trouh loem.. SMS pih hana ibalah", jawab Gabai seadanya. Dia lupa akan pesan Bugam tentang keberadan HPnya tadi. "Kaleuh ka pesan ie, Bai ?", tanya Bu-a'. "Ka, tp hana trouh-trouh lom...", jawab Gabai dengan nada sedikit menekan, tanda kesal. "Toke,... kocok saboh. bek leu that saka beuh", pekik Bu-a' memesan Kopi Kocok telur. "Ngocok dan Foya-foya adalah dua istilah yang di buat oleh 3 makhluk ini untuk mengganti kata-kata Ngopi Bareng dan Nongkrong". Tak lama kemudian, tibalah Bugam dengan muka keng (kesal), dari mulutnya keluar berbagai macam jenis cacian dan makian yang hanyi  (jijik) kita dengar yang ditujukannya entah kepada siapa.."@#$%@^&*^&%^@$%@" (sensor. Bahasa Inggris versi Aceh.Red). "Pakon kah bro ? ngeun-ngeun angen pih jadeh semeukap", tanya Gabai mencoba mengoreksi kejadian yang baru saja di alami Bugam. "Jeh,.. ji aneuk "tiiiiitsz (sensor)".... jimee moto lagee "tiiiitsz (sensor lagi)"... gara-gara jih, abeih luhob dum u ateuh muka qe", Bugam mencoba menjelaskan duduk perkara yang baru saja di alaminya. "kajeut.. kajeut bro.. saba", timpa Bu-a' mencoba menenangkan Bugam. "Ikah sabee saba.. han katupeu kah, adak mak ba (sabariah - nama ibu-ibu di desa mereka.Red) mantoeng han mungken ji saba cit menyo nyan model ureung. mentang-mentang jih na moto, ji yak semena-mena ngeun rakyat jelata lagee tanyo nyo ! menyo ji dong satnyo, jadeh ngeun tapak nyo bak muka" , sambil memperlihatkan tapak sepatunya, Bugam mencoba menjelaskan kekurang ajaran pemilik mobil yang baru saja bertindak semena-mena terhadapnya. "Bouh ka... moto ka leupah, ureung tan meuso. hana faedah cit ikah teuminak disinoe.. ka meudo'a mantoeng, beu beurtouh ban.. do'a orang teraniaya, maqbul !"  hhahahaa :D , sambung Gabai mencoba menenangkan Bugam. "bek meunan siet hai... desya, nyan". timpa Bu-a' mencoba mengambil alih keadaan. Bugam telah di jinakkan, keadaan pun kembali normal. "kah peu kajeip ?", tanya Gabai. Tanpa menghiraukan pertanyaan Gabai, Bugam berteriak ke arah dapur "bang, sambil mengayun-ayunkan tangannya naik turun", sebuah isyarat bahwa ia memesan kopi kocok. Sebuah balasan jempol tangan (y) ditujukan ke arahnya, tanda pesanan di kunci

45 menit berlalu, tampak gelas-gelas di meja mereka menyisakan 1/3 sisa minuman yang mereka pesan tadi. Berbagai macam permasalahan telah di bahas oleh 3 intelektual 'awam kedai kopi ini. Mulai dari masalah politik, ekonomi, gosip tentang artis dan permasalahan awewek, tentunya. B| Sebagai anak muda modern, sepertinya tidak sah foya-foya jika belum ngomongin aktifitasnya di dunia maya. "Bai, ikah ngon nyo cocok", tiba-tiba Bu-a' menyodorkan HPnya kepada Gabai di ikuti gerakan kepala Bugam mencoba mendekat ingin melihat. Sebuah profil pada akun Facebook menghiasi layar HP Bu-a'. Tampak sebuah foto yang di ambil dari sudut pandang atas ke bawah. Foto muka seorang awewek dengan gaya kepala agak miring, jari tengah dan telunjuk membentuk huruf "V" sambil memonyongkan bibir seperti ekspresi mencium di balut lapisan lipstik berwarna soft pink menghiasi bibirnya, menambah kesan imut, sexy dan menarik (mungkin. Tapi bagi saya, ini tanda-tanda cewek(Ssstt.. bek peugah-peugah bak gob) ALAY.... Hahahaaa.... ukheun :p ). "Soe nyo ?", tanya Bugam penasaran. "peu hanjeut ka baca? ", Bu-a' balas bertanya. "Bunga". (bukan nama sebenarnya. Red). "kon nyan hai ngeut... soe kah, jih nyo?", Bugam kembali mencoba mencari tahu sosok Bunga yang ada dalam Facebook Bu-a'. "Ikah biet nyo bandot.. hanjeut sagai kakaloen yang bening ! Nyo, kon keu kah u peutaba", Jawab Bu-a' sekenanya. "teuma, aneuk inong pakon galak that ji poto singet-singet taku ?", Gabai bertanya dengan nada sedikit heran. Memang, kebanyakan foto awewek di dunia maya (seperti : Facebook, Twitter, Friendster, PP Blackberry Messenger, dll), banyak yang mengandalkan foto dengan kepala miring. Apa itu tren masa kini atau apalah, tidak tahu saya. Tetapi, kata sebagian teman saya, itu adalah proses rekayasa pengambilan foto yang mengandalkan intensitas cahaya dengan sudut pandang yang pas untuk menciptakan efek dan kesan cantik natural bagi para wanita. Alah, terserah apa kata mereka, saya tidak paham. "Mungkin saket taku, sang. Hahaha... :D " , jawab Bugam tanda mengolok."Hahaha..... ikah, naa saja...", Gabai dan Bu-a' ikutan tertawa. "Nyan adek ngon lon, Bai. Jinoe semester 5 ka", Bu-a' mulai memberikan informasi seputar Bunga. "Padum na umu ka ?", Gabai mulai tertarik mengoreksi informasi tentang Bunga. "20 atau 21 meunan lah. kiban ? bereh ?", kembali Bu-a' memberikan sedikit informasi tentang Bunga. "bereh ! man eik item ngeun lon ?", Gabai sedikit pesimis. "menyo kenoeng kah olah, tingkat Telesa Palmel ngeun Kathrina Dhaif mantoeng, bisa klepeuk-klepeuk.. peulom jih", Bu-a' memberikan suntikan semangat kepada Gabai. "lagee wartawan mantoeng, kah nyo... leu that ka teumanyoeng. menyo han katem, jok kenoe bah lon olah", Bugam memanas-manaskan keadaan. Memang sih, kerjaan 3 makhluk ini, jika yang satu peukap apui, maka satunya lagi awak pruh apui. Terus menerus begini, layaknya lingkaran yang tak berujung."Atra jeh ho meuba ?", Bu-a' menyemprot Bugam. "Matsna wa tsulaasa wa ruba', bro... Hahaha.... :D Lupa, ya ?", Bugam mencoba mengelak. "atra, Cit bandot.. :p ", kembali, semprotan Bu-a' untuk Bugam. "Jeh, ka i meucewek lagoe ?", Gabai bertanya dengan sedikit terkejut, sambil menyodorkan HP dan memperlihatkan status relationship  si Bunga dengan (maaf) seekor buya yang tertulis di dinding profil FBnya Bunga. (Note : Buya adalah istilah yang mereka tujukan untuk para pesaing). "Ingat bro, selama belum adanya akad nikah, maka statusisasi awewek di dunia ini ialah masih milik negara, jadi, bek goyang...", Bugam mencoba memberikan sedikit masukan yang selama ini menjadi motto hidupnya."Nyan, kah... Agam bandot... Iloen, pria terhormat dan dihormati yang selalu menjaga kesucian diri. beda ngeun kah,.. asai ka meu-rok, tembok-tembok jadeh ka pok" , lagi-lagi, Bugam kena semprot, kali ini oleh Gabai. sepertinya wablah pah. "Hahaha.... mamoh... sikrak nariet, wakrak salah.. get ka iem mantoeng kah gam" , Bu-a' menambahkan."hahaha....", Bugam juga ikutan tertawa. "Ha.. bai, man peujeut kah anti that ngeun inong dilee ? sampe jinoe hantom ka meucewek" !, Bu-a' mencoba mengorek sebuah rahasia yang selama ini terus di simpan oleh Gabai. "Haha.... kon anti hai a', kapikee lon maho ?!...  ci kapikee keudroe. Dari yang ka ka.... selama awak kah ka kameucewek, peu yang na jiwo untoeng ?", Gabai balik bertanya. "Have fun, bro", Bugam kembali mengeluarkan pendapatnya. "menyo kah, cit paleih", Gabai menskak Bugam. "carter?!... Tanda bro...", Bu-a' mengeluarkan opininya. "nyan tok ?", kembali, Gabai bertanya kepada Bu-a'. "Sambil menunjuk ke jalan, tampak 4 anak gadis yang baru pulang mengaji, Gabai mengeluarkan sebuah pertanyaan aneh "Nyan, ci ka kalon aneuk miet cut-cut nyan. Na lagak? Na Maneh?". Sebelum Bu-a' sempat menjawab, Bugam berkata "Mmmmeee.... rupajih ceh puji cit lagoe si bro qe nyo. galak aneuk miet kah oeh ? patout keuh...", Bugam kembali memanas-manaskan Gabai. "Ngeun kah peu tapeugah...", sahut Gabai menanggapi komentar Bugam. "Lagak ! Maneh ! Tapi sidroe, han :( ", jawaban Bu-a' atas pertanyaan Gabai tadi. "Nyan saboh, ka... jinoe sampe 5 meunet keu ukeu, ci ka itoeng, padum droe ureung inoeng yang lewat dikeu jalan nyo", pinta Gabai kepada Bu-a'. Sebelum Bu-a' kembali berkomentar, lagi-lagi Bugam melontarkan perkataan "Haha.... bek kateem... nyan ipeubangai kah a'...". Tanpa menanggapi komentar Bugam, Gabai menambahkan lagi sebuah pertanyaan "Nyan, cewek awak kah jinoe, eik ka jamin jeut keu inoeng kah  enteuk? na katupeu, segohloem ji meucewek ngeun kah, peu na ji meucewek ngeun agam laen? peu na ji peulaku? kah, na kacok jatah? na ka.... ". sebelum Gabai tuntas memberikan pertanyaan-pertanyaan, Bu-a' langsung memotong dengan komentarnya "Aiytshshshh... paleih-paleih meuno, kamoe hana bajeung, bro...". "Oke, awak kah hana that bajeung.. sebab na ka duk-duk sajan Tgk... hahaha ( sambil terkekeh ), man agam laen, eik ka jamin lagee awak kah?", kembali Gabai mengintrogasi Bu-a'. "Maaamoh.. maaamoh.... kaa kenoeng sidang, sang! :p hwahaha", masih melanjutkan aktifitasnya memanas-manaskan Gabai, Bugam kembali berkicau. "Alaaaah... han eik ku itoeng lee bro", Bu-a' memotong pembicaraan. "nyaaaaan,.. ka.... soe rame yang lewat, antara ureung agam ngeun ureung inoeng ?", Gabai bertanya lagi. "Inong, bro !", jawab Bu-a', polos. mendengar jawaban Bu-a', Gabai kembali memberikan penjelasannya "nyan keuh meunan jinoe... geupeugah lam kitab, bro... oeh akhee jameun akan leubeh leu ureung inoeng di banding ureung agam. nyan, aneuk miet cut-cut bunoe, peu akan sabe-sabe cut jih?. Han, kan?.. awak nyan akan raya dan tumbuh dewasa siet. Jadi peu siet yang ka weh weuh that ngeun cewek man ? menyo ka mampu, tinggai pileh toh-toh yang meuheut.. jinoe, bro.... aneuk inoeng ngeun aneuk batee, kaa ramee aneuk inoeng... hahahaaa.... nyan ukuran menyo ta bouh tamsilan ! :D na tingat firman Allah "laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik, dan sebaliknya" peu mantoeng ragu ?". "Bisa kali..... jeut, ustadz....", kicauan Bugam setelah mendengar penjelasan Gabai. "Nyan, si gam bakoeng nyan yang pah cit ngeun boh musabah nyo bak tengoh rueng", komentar Gabai menanggapi kicauan Bugam. "Beu teuga ka meu ulok laju kah gam. salah-salah payah peu syahadat ulang kah nyo..", komentar Bu-a' dalam menanggapi komentar Bugam. "Nyan keuh meunan ureung hana ijak beut,.. pat itupeu sapeu... hai gam, nyo kadengo saboh kheun hadieh maja "menyo hanjeut ilme tauhid salah nariet jeut keu kafee. menyo hanjeut ilme tasawuf rouh ta gagah but-but jahee. menyo hanjeut ilme fiqah rouh tapajouh ubena bangke. menyo hanjeut ilme 'alat oeh meudebat ka talou sabee"",pesan Gabai kepada Bugam. "Ya.. ya.. bro.. bunoe just kidding doank ! bouh jak, ta gerak u balee. mungkin aneuk miet beut kaa abeh jiwoe".. sembahyang 'Isya pih gohlom nyo :) " komentar Bugam melunak dan mengalah seraya mengajak mengakhiri acara ngocok dan foya-foya mereka malam ini (nyengir) "Semua tokoh dan kejadian dalam cerita ini hanya ada dalam imajinasi penulis saja (fiktif), jika ada kesamaan nama pelaku dan tempat kejadian, penulis mengharapkan banyak maaf . semoga bermanfaat dan sampai jumpa di cerita-cerita fiktif lainnya.

Selasa, 10 Desember 2013

Ketahuan berbohong

"Sulet nyan desya. Ureung leu desya, tempat jih lam krak nuraka" (bohong itu dosa. orang berdosa, tempatnya di neraka). Saat kanak-kanak dulu, kalimat ini begitu sering saya dengarkan, baik itu di ucapkan oleh Ummi, guru di sekolah maupun oleh Teungku di rumah pengajian. Mungkin karena faktor inilah hingga membuat saya sangat takut untuk berbohong, saat itu. 


     Hari berganti hari, bulan bergantian menjadi hitungan tahun hingga saya benar-benar melakukan sebuah kebohongan terbesar dan juga terkonyol dalam sejarah hidup saya. Memang, hingga saat ini, sudah banyak kebohongan yang saya lakukan. Mulai kepada teman, dalam pergaulan sehari-hari. Kepada orang tua, saat keasyikan main sampai-sampai telat pulang ke rumah kemudian di tanyai "sudah shalat ?", Tapi karena takut kena marah lalu harus mengganti shalat dengan 4 kali lipat, terus jawab "sudah", padahal belum. Kepada guru, saat pura-pura sakit, saat bolos sekolah kemudian pergi main PS tetapi titip surat ke teman dengan alasan sakit atau izin. Saat interview masuk kerja, dan masih banyak kebohongan-kebohongan kecil lainnya yang telah saya lakukan. Walaupun dengan niat kebaikan untuk diri sendiri, tetapi yang namanya berbohong tetaplah bohong dan dosa, hukumnya. Saya tidak bangga dengan catatan-catatan hitam dalam sejarah kehidupan saya ini, tetapi inilah bumbu kehidupan. Baik dan buruk itu merupakan satu paket yang telah ada dalam diri kita, namun tergantung kepada kita untuk mengoptimalkan potensi kebaikan atau keburukan yang ada dalam diri kita ini. Untuk itu, saya harap pembaca tidak mencontoh keburukan yang ada pada diri saya ini. Namun, sedikit dari sekian banyak kebohongan yang telah saya lakukan, seingat saya, mungkin hanya ada dua kebohongan terkonyol, terbodoh dan terpalsu yang pernah dan telah saya lakukan, yaitu kebohongan yang saya namakan "kebohongan dua sidang". Yang pertama yaitu kebohongan kepada Abi di saat sidang karena kedapatan rokok di dalam lemari, oleh ummi. Dan satunya lagi, di saat sidang presentasi tugas akhir. Dan dua kebohongan inilah yang akan saya ceritakan di dalam tulisan singkat ini.

Gagal berbohong - Edisi 1 
                                                Sidang Kedapatan Merokok
   
     Saat itu tahun 1998, berarti usia saya saat itu lebih kurang 9 tahun. Selepas pulang ngaji, kira-kira pukul 20.30. Seperti biasanya, saya, abang dan kedua adik saya, lomba lari pulang ke rumah. Sesampai di rumah, masih seperti biasa, sambutan kasih sayang dari Ummi selalu menjadi pemandangan yang syahdu bagi Abi. Suasana damai dan tentram masih tetap kami rasakan di rumah permanen yang telah Abi bangun, sejak beberapa tahun silam. Tanpa merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan dan tanpa ada rasa curiga, aktifitas kami selanjutnya adalah menikmati makan malam bersama. Nasi putih dan lauk pauk seadanya, jika itu buatan Ummi, maka nikmat dan lezat sudah tentu itu rasanya. Saat itu kami tampo (makan) dan khop-khop (santap) nasi itu dengan sangat lahap hingga membuat makanan di meja makan, habis seketika. Makan malam selesai, maka saatnya belajar. Selain shalat tepat waktu, inilah aturan kecil yang di buat Abi untuk kami, anak-anaknya. Dan kami mesti dan wajib patuh untuk menjalankan setiap aturan yang telah Abi buat dalam keluarga kecilnya.

Beberapa menit berlalu, di saat kami berpencar dan menghilang ke kamar untuk belajar,  tiba-tiba Abi memanggil kami berempat. Masih tanpa merasa bersalah dan curiga, kami pun dengan muka manis, culun dan imut bergegas menghampiri Abi. Saat itu, salah satu adik saya bertanya, "kiban Abi ?" (ada apa ayah ?), tanyanya polos. "Ci dong bareih dilee disino" (coba baris dulu disini), pinta Abi. Tidak seperti biasanya, ini pasti ada masalah, batin saya mulai curiga, saat itu. "Abang na meurukok ?" (Abang ada merokok ?), Abi bertanya. "Han" (tidak), jawab Abang. Kamil ?, tanya Abi pada saya. "Hana cit" (tidak juga), jawab saya dengan nada sedikit gemetar. Maklum, mungkin ini kebohongan pertama dalam riwayat hidup saya sejak dilahirkan hingga saat itu telah menginjak usia 9 tahun ( :D sedikit lebay... hohoho :) ). Adun ? Adek ? , tanya Abi lagi. Serentak mereka berdua menjawab, "Hana, Abi" (tidak, ayah). "Seumulet, peu hukom jih ?" (berbohong, apa hukumnya ?), tanya Abi kepada kami. "Desya" (dosa), jawaban kami serentak. "Ureung leu desya, oeh uroe dudo, pat tempat jih ?" (orang banyak dosa, nanti di akhirat dimana tempatnya ?), Abi kembali bertanya. "Nuraka" (neraka), jawab kami. "Nyo sigoe teuk Abi tanyoeng, Abang, Kamil, Adun ngeun Adek, na meurukok ?" (sekali lagi Ayah tanya, kalian ada merokok ?). Masih dengan jawaban yang sama, kami berempat menjawab "Hana, Abi" (tidak, ayah). Tiba-tiba Ummi keluar dengan membawa barang bukti, 3/4 sisa dari semulanya sebungkus rokok yang nama dan merek rokok tersebut saya sudah lupa namanya. Tapi sampulnya masih ingat, ungu dengan gambar daun berwarna hijau di bungkusannya. Iya, itu dia. Itu warna bungkusannya. Bukan Comodore atau Panamas, tapi sebungkus rokok dengan bungkusan berwarna ungu dan gambar daun berwarna hijau. Itu dia rokoknya.

 Hati mulai dag dig dug, keringat dingin mulai bercucuran, "kapalo, meuramah teuh.. anco teuh malam nyo" (celaka, hancurlah saya malam ini), pikiran saya mulai memikirkan efek yang akan terjadi selanjutnya. "Nyo peu ? sepoe nyo ?" (ini apa ? punya siapa ini ?), tanya Abi sambil meminta rokok yang di bawa Ummi dan meletakkannya di atas meja. "Hom" (entah), salah satu dari kami menjawab. Tapi lupa lagi, entah siapa yang menjawab itu. Nasi sudah menjadi bubur (kebohongan sudah terlanjur), keadaan kami saat itu. Dan saya pun teringat akan sebuah petuah orang-orang zaman "Menyo manoe, basah beu bulut" (kalau mandi, mandi sampai tuntas). "But bek sikhan-khan. Menyo meubut, meubut beu abeih-abeih meuhan enteuk meurumpok inong sikhan sapeu" (kalau melakukan sebuah pekerjaan itu jangan setengah-setengah, harus tuntas. Kalau tidak, nanti bakal ketemu istri waria (lebih kurang begitulah artinya)). Karena mengingat itu, akhirnya saya mentransformasikan arti petuah tersebut menjadi "kebohongan ini harus terus di lanjutkan kalau tidak, nanti istri saya waria pula", :o Hufft.... pikiran dangkal saya saat itu. Sudah ketahuan berbohong, tetapi masih juga mau berbohong lagi. Hadeuh... parah -_- .  


"Kiban hom ? Nyo Ummi teume dalam lemari baje kamil" (bagaimana tidak tahu ? ini Ummi temukan di dalam lemari baju kamil), Abi bertanya dan berkata masih dengan nada tenang. Mungkin, ini cara Abi agar tidak menjatuhkan mental anak-anaknya yang kurang ajar ini, saat itu.

Asal pembaca tahu saja, Abi saya kalau marah, ukuran lampu di rumah saja bisa padam dengan sendirinya. Begitulah kira-kira perumpamaan kedahsyatan kekuatan dan kegarangan Abi saya. Sedikit lari dari cerita awal, Pernah dulu, gara-gara saya tidak sekolah dan tidak dapat memberikan alasan yang jelas, saya di "Hamoek" (pukul) sama Abi dengan gagang sapu dan bantal guling hingga "jipoe iek" (keluar kencing), kemudian "geusenom lam kulam" (di ceburkan ke dalam kolam), kemudian di kunci di dalam kamar mandi. Kiban, na yo ?  hhihihii... :D
Ouh, iya,.. salah satu dari sekian banyak sifat Abi yang paling saya kagumi ialah prinsip yang tegas terhadap aturan dan sangat bertanggung jawab terhadap tanggung jawab masing-masing. Hahaha.... Kiban, na genk ? (y) nyan cap. Inilah Abi saya yang sangat kuat, gagah, perkasa dan genk, tentunya. Kembali ke cerita awal. Mendengar pertanyaan dan perkataan Abi saat itu. Mencoba menjadi pahlawan untuk Abang dan Adik-adik, saya pun berinisiatif mengambil alih keadaan dengan merangkai cerita terkonyol dan terbodoh dalam sejarah hidup saya. Sebuah cerita pencurian, itu judul yang saya angkat saat itu. Berharap dapat mengelabui dan bisa membohongi Abi, sedikit demi sedikit saya mulai merangkai cerita. (jangan tanya cerita lengkapnya, karena dalam tulisan ini tidak saya maksudkan untuk menceritakan cerita itu). Hingga sampailah ke inti kekonyolan dan kebodohan dari cerita yang saya ceritakan saat itu, "Kadang malam baro na itamoeng pencuri u rumoh tanyo, itamoeng lam kama kamil, tapi hana icu sapeu, ipuduk rukok nyan mantoeng lam lemari, leuh nyan i plueng teuma" (mungkin malam kemarin ada masuk pencuri ke rumah kita, dia masuk ke kamar kamil, tapi dia tidak mencuri, cuma menaruh rokok itu saja di dalam lemari, kemudian dia lari), berharap Abi bisa percaya, itu cerita yang saya karang saat itu. 

Asal pembaca tahu saja, ya. Saat itu, cerita ini sangat menggelegar dan membahana membelah khatulistiwa, sekira-kiranya jika di buatkan sebuah buku cerita, dan di pasarkan, mungkin, untuk saat itu cerita itu akan memperoleh predikat "Best Seller". :) . Tapi apa hendak di kata, di atas langit masih ada langit, Abi saya yang sudah kenyang merasakan asam sunti garam asin bumbu kehidupan, tidak percaya terhadap cerita yang saya karang itu. Memang karena sifat saya yang tidak mudah menyerah, saya tidak patah arang dan "mem peu o" (menyuruh mengiyakan) cerita itu dengan menjebak Adik-adik saya demi mencari dukungan untuk meyakinkan Abi dan Ummi. Yang saat itu, Ummi masih setia dan terus duduk manis di samping Abi, melihat kami di sidang. Bagi saya saat itu, cerita ini sangatlah logis dan keren, maklum, saat itu saya masih terlalu cupu, labil ekonomi karena belum mengenal kudeta cinta, belum "peunoh pikiran" tetapi bukan gila namun masih terlalu anak-anak. "Meuno mantoeng, nyo Abi cok sumpah, kiban ?" (begini saja, kalau Ayah ambil sumpah, gimana ?), tanya Abi. Belum sempat menjawab, Abi kembali menimpali pertanyaannya dengan perkataan "Jinoe Abi yu bak Ummi untuk peu su-um minyeuk, Miseu awak Kamil seumulet, minyeuk nyan han su-um, tapi menyo sulet, jaroe awak Kamil, anco teu goreng" (sekarang Ayah suruh sama Ibu untuk memanaskan minyak, kalau kalian tidak berbohong, minyak ini tidak akan panas. tetapi, kalau berbohong, minyak ini akan membuat tangan kalian hancur tergoreng). Wah, yang benar saja, pikir saya saat itu. Memang, kedua kakek saya (Ayahnya Abi dan Ayahnya Ummi) orang Aceh Selatan, tetapi saat itu saya tidak tahu kalau ada jenis-jenis kekuatan magic seperti itu. Karena merasa takut, akhirnya dengan menangis kami semua mengaku. Dan dengan sedikit penjelasan, Abang saya berkata kepada Abi, bahwa itu bukan rokok kami, tapi itu adalah rokoknya "cut adi (belox)" (Adik sepupu Ummi, tp sebaya sama kami). "Nyan hana perle peugah. Na meurukok ? nyan yang Abi tanyoeng" (Itu tidak perlu. Ada merokok ? itu yang Ayah tanya). "Na" (Ada), jawab kami sambil menangis. "Bunoe peu cit peugah hana ?" (Tadi kenapa juga bilang tidak ada ?), tanya Abi lagi. "Hana"(Tidak), jawaban kami. "Bek Hana. yang Na, peugah bak Abi" (Jangan yang tidak ada, yang ada-ada saja katakan kepada Ayah). Hmm... hik hk..hik.... :'( , hanya suara tangisan yang dapat mewakili jawaban kami untuk saat itu. "Nyo Abi tanyoeng. Eik meurukok loem ?" (sekarang Ayah tanya, kalian akan merokok lagi ?). "Abang, kiban ?" (Abang, bagaimana ?). "Han" (Tidak). Kamil ? "Han lee cit Abi" (Tidak akan pernah lagi Ayah). "Adun ngeun Adek ?" (Adun dan Adik ?). "Han" (Tidak).

Inilah kebohongan terbesar, terkonyol, terbodoh dan terlucu yang pernah saya lakukan. Mengingat cerita yang saya karang saat itu, saya merasa malu pada diri sediri dan kadang-kadang juga senyum-senyum sendiri karena betapa bodohnya cara saya berbohong saat itu. Tetapi, hikmah di balik kejadian itu, hingga saat ini saya tidak lagi merokok. Tetapi, berbohong masih tetap lanjut namun sudah sedikit profesional dan expert, termasuk di dalam tulisan ini ada sedikit bumbu-bumbu kebohongan. Walaupun cerita ini adalah fakta dalam kehidupan saya, tetapi sengaja saya ingkripsikan (balut) dengan sedikit bumbu kebohongan agar tulisan ini dapat dengan mudah di mengerti oleh pembaca.

"JIKA SAYA BERKATA SAYA PEMBOHONG, APAKAH SAYA TERMASUK ORANG YANG JUJUR ?"

bersambung ke "Gagal berbohong - Edisi 2 (Sidang Tugas Akhir)"

Senin, 09 Desember 2013

Nyo Aneuk Lon

#Hanya sebuah kisah lama yang di angkat kembali

Sudah menjadi tabi'at orang Aceh mengawali hari itu dengan segelas kopi. Begitu juga dengan saya, sebagai orang Aceh tulen dan telaten maka tiada sah pagi tanpa segelas kopi (begitulah kira-kira). Dan ini kisah yang terjadi di keude kopi  (warkop.red) pagi ini, saat itu.

Rabu, (12-12-12), Harian Serambi Indonesia yang merupakan koran lokal untuk wilayah Aceh mengangkat beberapa berita yang salah satunya "bla.. bla.. bla.. kembali merombak kabinetnya". Dari judul inilah awal mula kisah yang membanggakan namun menyedihkan ini terjadi. Seorang kakek yang saya dan beliau sudah biasa ngopi bareng, sehingga saya kenal dengan beliau dan beliau juga mengenali saya berkata pada saya "Nyoe Aneuk Loen (Ini Anak Saya.red)". Mulanya, saya tidak terlalu open (hana that peurumeun - Aceh.red) dengan perkataan kakek tadi, sebab saya lagi khusyuk membaca koran (sayangnya, ini KORAN bukan QUR'AN. Hufft buat saya). Tapi kakek ini kembali mengatakan, "Nyoe Aneuk Loen" sambil memperlihatkan koran yang di tangannya kepada saya. Tgk,... nyoe aneuk loen,... aneuk cik numboi peut.. ya,... jih numboi peut (saudara,.. ini anak saya,... anak kakek nomor empat... ya,... dia nomor empat) kata kakek ini. Mendengar kata-kata kakek ini, saya mencoba untuk mengambil alih guna menguasai koran yang di tangan beliau.. haha... kelihatan saya jahat tapi sebenarnya tidak... sebab memang kakek ini yang menyodorkan koran di tangannya untuk saya melihat dan membacanya. Biarpun tidak mengatakannya, tapi saya tahu kalau kakek ini sombong dan peuleumah (baca : bangga). "Nyoe Aneuk Loen" kalimat ini kembali di lontarkannya kepada saya, sambil menunjuk foto di koran (mungkin, hingga saya selesai meng-qadha hajat nanti (tadi) kalimat ini akan terus terucap pada setiap mereka yang datang). Saya tidak heran, sebab saya lagi-lagi tahu bahwa kakek ini sangat-sangat bangga atas prestasi anaknya itu. Tapi sedihnya (menurut pandangan dzahir dan penilaian (bukan pada nilai nominal dan angka) saya, dengan kesuksesan yang telah di raih oleh anaknya ini, pada hari-harinya kakek ini masih mengenakan pakaian yang boleh di bilang lusuh yang masuk dalam nominasi dan kategori pakaian tiada meusaneut yang sebetulnya lebih biasa kita lihat dikenakan oleh mereka-mereka yang fakir. Untuk ke keude kupi saja, kakek ini masih menggunakan geutangen (sepeda.red) yang tila-nya itu singet.
  
Kesimpulan cerita :
*seorang ayah begitu bangga ketika anaknya sukses, walaupun kesuksesan yang dirasakan oleh sang anak tidak berdampak pada keseharian sang ayah.
*seorang ayah tidak pernah menuntut lebih atas keberhasilan anak-anaknya walaupun semasa kecil hingga lakee kawen (menikah), beliau selalu banting tulang demi keluarganya. yang dia harapkan hanyalah anak-anaknya bisa sukses dan tidak hina dalam dunia apalagi di akhirat kelak.
*seorang anak selayaknya ta'dhim dan memerhatikan orang tuanya terlebih di masa-masa tua beliau, walaupun ia telah berumah tangga dan tinggal jauh dari orang tua.
*selalu sertakan do'a kebahagiaan dunia akhirat dan do'a untuk kedua orang tua dalam setiap nafas-nafas do'a setelah shalat (khusus) dan dimana saja (umum).
*dan lain-lain,... dan lain-lain !sekian.

Baca, boleh. Protes, jangan !

Ilustrasi
Berdiam diri di rumah adalah hal yang paling membosankan bagi saya. Tapi apa hendak di kata, malam ini langit di desa saya sedang tidak bersahabat, ia sedang sedih, dan ini memaksa saya untuk berdiam diri di rumah. Jika sudah begini, menonton adalah hiburan alternatif yang biasa saya pilih untuk menghilangkan kegalauan dan kesuntukan yang melanda batin. Remote di tangan, channel demi channel terus bergantian, mencari siaran yang pas untuk di nikmati. Awal-awal,  YKS dan Haji Muhidin "sempat" bergantian menghiasi layar TV. Akan tetapi, kedua siaran ini kalah saing dengan OVJ yang memang telah lama menjadi dambaan hati. 15 menit berlalu, ternyata siaran ini tidak selucu 2 tahun yang lalu, mungkin karena lawakannya sudah dapat saya tebak, ini membuat saya semakin merasa bad mood dan memutuskan untuk mematikan TV dan beralih dengan menjelajah dunia maya. Masih dengan tujuan yang sama, yaitu menghilangkan kegalauan dan kesuntukan batin, bermacam aktifitas saya lakukan di dunia maya. Mulai dari membuka Facebook dengan aktifitas update status, chatting gangguin awewek, koman-komen status orang, membuka Twitter dengan aktifitas follow membuat tweet, retweet, reply dan entah apa-apa (aleh peu-peu, aceh.red) segala macam aktifitas di dunia maya yang tidak bermanfaat. Tahu tidak bermanfaat, tetapi itu-itu saja yang terus menerus saya lakukan. Kalau kata orang tua dulu, persis "Lagee manoek kenoeng ta'eun", apa hubungannya ? pikirkan sendiri.

Kalau boleh jujur, sebenarnya, semula saya tidak berniat untuk menulis tulisan ini, hingga "akan" saya baca sebuah kalimat yang "masih" dalam pikiran saya untuk saya tuangkan sebagai sebuah status untuk akun facebook saya yang "akan" saya update beberapa jam kedepan yaitu "Membacalah, karena menulis tidak semudah membaca. Menulislah, karena sejarah dapat di kenang, ilmu dapat di wariskan karena adanya peninggalan dalam bentuk tulisan. Dan hargailah setiap tulisan walau itu hanya sebuah titik". Tulisan ini memang sangat tidak nyambung. mengapa ?, "karena menulis itu tidaklah semudah membaca". makanya, tulisan ini sangat tidak nyambung dan sangatlah amburadul. Oleh karena itu, Baca, boleh. Protes, jangan !

Sabtu, 07 Desember 2013

Keinginanku bukanlah kebutuhanku

Ilustrasi
Pernah suatu ketika saya berpikir, "mungkin dengan memilikinya maka hidup ini telah lengkap". Namun ternyata saya salah, karena tidak semua keinginan adalah suatu kebutuhan. Dan sekarang saya sadar, meski sudah agak sedikit terlambat untuk menyadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan, namun saya yakin bahwa ini adalah suatu hal yang belumlah terlambat untuk di jadikan sebuah barometer untuk memulai suatu hal yang baru. Mengingat hidup di era jahiliyah (baca : moderen / globalisasi) seperti sekarang ini, saya merasa masih beruntung karena tidak sampai terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh barat yang mereka anggap model, gaul alias tidak jadul dll. Meski sempat hampir terpengaruh, yaitu ketika keinginan untuk memilikinya, akan tetapi, intinya tidak sampai terpengaruh (hingga catatan ini di publish)

Ketika saya tidak memilikinya, mereka menganggap bahwa saya gagal. Namun saya berpikir tidak demikian, saya tidaklah gagal, namun saya berhasil. Berhasil menjaga diri dan derajat keyakinan. Karena saya bepikir bahwa saya adalah salah satu dari sebagian kecil pemuda yang masih di jaga oleh yang menjaga saya dan di sayangi oleh yang menyayang saya. Hal ini karena saya yakin dengan semua yang telah di janjikan-Nya. Bagaimana mungkin saya bisa berkata "saya percaya dan yakin dengan-Nya" tetapi di sisi yang berbeda saya mendustakan janji-Nya. untuk sebagian orang ('awam) mungkin berpendapat, dengan memilikinya seolah-olah syurga dunia telah mereka miliki. Tetapi mereka tidak tahu bahwa yang mereka miliki sekarang bukanlah syurganya dunia tetapi investasi saham kemurkaan-Nya (baca : neraka). Itulah mereka yang disebut 'awamul 'awam (sebuah istilah yang di lahirkan oleh personil dadafa alias RIMBA -Rimueng Balee-).

Memang, saya tidak menafikan bahwa keinginan untuk memilikinya itu ada. Akan tetapi saya sadar, bahwa dia yang saya inginkan sekarang bukanlah kebutuhan saya untuk saat ini. Itu hanyalah salah satu jebakan dari sekian banyak jebakan yang diciptakan untuk menjebak. Karena dia yang menjebak telah berjanji pada-Nya untuk menjebak sekalian anak cucu nenek moyangnya kita dan juga nenek moyangnya cik tu - cik tu kita (baca : Nabi Adam As) untuk di jadikan teman olehnya di dalam rumah yang telah di janjikan-Nya untuk dianya penjebak. Oleh karena itu, saya (oleh orang tua saya), pembaca (oleh orang tua pembaca masing-masing) dan kita semua yang merasa manusia (oleh Allah SWT melalui Rasulullah Shal'am) di tuntut untuk jak beut (menuntut ilmu agama) untuk dapat membedakan antara emas dan tahi (kotoran). Memang, emas dan tahi itu sama-sama berwarna kuning, akan tetapi, tidak semua yang berwarna kuning itu adalah emas. Dan juga dapat bergaul dengan orang yang nyata dianya itu orang (bukan orang-orangan).

*Hanya coretan di saat suntuk. Semoga bermanfaat untuk saya dan pembaca sekalian.

wassalam
Jum'at, 23 Maret 2012 di Warkop seputaran Ilie - Pangoe
Ahmad Kamil Banz