Jumat, 03 April 2015

Inti Zikir - Kuliah di Warkop

Masih di hari yang sama saat saya ngopi di Warkop Cut Zein Kubra dan berbincang dengan sang pemilik warung.
(lebih kurang, begini percakapannya)
...
Berapa lama sudah kamu berzikir?
Mengikuti Syeikh Jamhuri?, tanya saya.
Ya!
Sejak 2007, lebih kurang sudah 8 tahun.
Perubahan apa yang sudah kamu alami?
Banyak perubahan yang terjadi. Namun hal yang paling mendasar, setidaknya saya tidak terlalu liar.
Hmm... tidak terlalu liar? Hmm... lainnya?
(Terdiam sejenak) pokoknya banyak, kalau mau merasakan, jal(belum habis saya memberikan alasan, angsung di potong oleh beliau)
"Begini anak muda, adakah peningkatan kualitas ibadah yang kamu alami? Tidak usah jauh-jauh kita ambil contoh, dalam shalat saja, bagaimana kekhusyukan dan perasaan kamu? Jika peningkatan kualitas sudah berhasil kamu capai, nanti kamu akan semakin lazat dan secara otomatis kuantitas ibadahmu juga akan kamu tambah. Sebenarnya disinilah letak esensi zikir yg sebenarnya. Jika ini telah benar-benar kamu rasakan, kemudian nanti baru akan tampak pada Akhlaq -kemudian membaca ayat hubungan shalat dan amar ma'ruf nahi mungkar- Teruslah dan ikutilah zikir dengan serius, dalami maknanya, ambil pelajaran dari gurumu, contoh akhlaqnya, insyaAllah nanti suatu saat kamu juga dapat merasakannya. Karena dalam dunia ahluzzikr memiliki tingkatan-tingkatan spiritual yang dahsyat. Bagi seorang ahluzzikr, nanti baginya tidak ada lagi hijab dimensi ruang dan waktu. Tapi ingat anak muda, jangan jadikan bumbu-bumbu ini sebagai tujuan kamu berzikir, tetap jaga niat LILLAHI TA'ALA. Karena banyak juga manusia-manusia yang gagal karena ditengah jalan yang lurus (zikr) kemudian dia terlena dengan bumbu hingga melenceng niat dan terjerumus dalam ketiadaan"
...
semua perbincangan terjadi dalam bahasa Aceh dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan seksama sehingga tidak mengubah maksud yang ingin disampaikan.
late post.
Forsila Kubra, Warkop Cut Zein, Jum'at, 13/2-2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar